Selasa, 14 April 2020

Mungkin, Diam-Diam Saja

Lagi dan lagi, kita memangkas 

waktu untuk menghampiri yang jauh 

dengan harap dan cemas 

kita melompat, tergelincir dengan riuh – 

di antah berantah roda-roda ini mulai lemas, 

namun hidup binar matamu tak kunjung lesu.


Lalu aku akan diam-diam jatuh cinta;  

Entah pada langit dan awan berarak, 

pada sawah kuning meraya, 

atau pada pundak lebar yang terasa berjarak, 

guyonan yang renyah 

terhalang suara angin berderak.


Aku akan menyangga kepala tetap tegak

agar tak ada hati yang landai padamu; 

Sekalipun kerikil membuat gejolak, 

giat kupelihara jengkal ini darimu.


Lalu aku akan diam-diam jatuh cinta;

mungkin lebih tinggi dari langit dan awan berarak, 

mungkin lebih luas dari sawah kuning meraya, 

pada pundak lebar yang kutahu tak pernah tahu aku, 

guyon lepas yang tak pernah palsu, 

dan segala darimu yang tak akan pernah jadi milikku.


 – Aku selalu ingin mendekap punggungmu,

tapi pada akhirnya, aku tak bisa apa-apa;

dan akan selalu diam-diam saja.

 
Kuning meraya tertutup kabut; begitupun sesak bingung yang banyak, kutelan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar